Apa Kabar Privasi Digitalmu?
Selamat datang di dunia digital! Selama kamu membaca tulisan ini, aku yakin kemungkinan besar kamu adalah seorang digital native, orang yang tumbuh bersama dengan era digital. Sudah seharusnya kamu ngga asing dengan dunia ini, kan?
Eits, jangan bangga dulu, karena meskipun kamu telah hidup bersama dengan era WhatsApp, BlackBerry Messenger, Yahoo! Messenger, atau bahkan mIRC, apa kamu tahu tentang permasalahan privasi di dunia yang kamu tinggali saat ini? Ini permasalahan, yang mungkin nih, kamu perlu tahu.
Mari kita lihat contoh langsungnya saja.
Pernah lihat iklan di Instagram, kan? Bukan iklan oleh selebgram-selebgram ataupun paid promote anak organisasi mahasiswa, tapi iklan yang diterapkan oleh Instagram ke kamu. Biasanya munculnya seperti ini:
Pernah lihat dong, ya?
Pernah nyadar ngga kalau isi iklannya seringkali nyambung banget dengan kamu? Habis stalking akun online shop jualan sepatu, eh muncul iklan sepatu. Habis nge-like akun makan-makan, eh muncul iklan restoran. Habis cari-cari earphone baru di aplikasi marketplace, buka Instagram, eh ada iklan earphone. Pernah nyadar ngga, sih?
Atau kalau kamu yang selama ini sukanya Instagram-an ngeliatin akun-akun sepak bola atau akun makan-makan, pasti begitu buka Discover di Instagram, isinya adalah konten-konten serupa. Semakin kamu buka, semakin banyak konten-konten sejenis. Pernah nyadar ngga, sih?
Ada lagi nih, pernah ngga waktu ngobrol sama temen di WhatsApp atau di Facebook soal kucing, eh iklan-iklan soal kucing bermunculan di gadget kamu? Atau lebih ekstrim lagi, lagi ngobrol sama temen bahas gitar, mendadak iklan gitar muncul padahal selama ini ngga pernah browsing apapun tentang gitar?
Yap, selamat datang di era minimnya privasi digital!
Pertanyaan selanjutnya, kok bisa?
Semua yang kamu lakukan dengan gadgetmu, hampir dipastikan, akan tercatat dan direkam. Kamu ngapain aja, ngeliatin apa, berapa lama, kapan aja, dimana aja, dengan siapa, dan semua-semuanya, bakal didata dan diolah untuk berbagai macam keperluan, termasuk salah satunya untuk masang iklan yang sesuai dengan kepribadianmu. Makanya, kamu yang kebanyakan buka akun-akun makan di Instagram bakal sering banget lihat iklan makanan. Lha memang doyanmu makan!
Pernah ngga mikir, kok bisa ya sosial media sejenis Facebook dan Instagram ini gratis? Kok bisa ya Google itu segede itu dengan banyak fitur gratisannya? Kenapa ya Android, operation system paling besar di smartphone, bisa gratisan? Kenapa ya sekarang kok banyak software gratisan, terutama di smartphone-mu, ngga kaya jaman dulu yang semua-semuanya harus berbayar? Kenapa ya semuanya pada gratisan sekarang?
Karena yang perusahaan-perusahaan ini jual itu bukan software mereka, tapi data kamu! Mereka ini lagi ngga jualan software-nya ke kamu, tapi mereka jualan data-datamu, seberapa sering kamu buka aplikasi mereka, ngapain aja, dan seterusnya, ke orang-orang yang butuh, seperti Facebook dan Google ini. Data-datamu akan dianalisis oleh mereka, kira-kira software apa lagi yang mereka bisa buat untuk kamu biar kamu terus pakai jasa mereka, dan ujung-ujungnya, digunakan untuk mengetahui kamu lebih dalam biar mereka bisa taruh iklan seefektif mungkin ke kamu.
Ada yang menyebut kalau perusahaan seperti Facebook ini bukan perusahaan teknologi, tapi perusahaan periklanan. Periklanan yang pakai teknologi, iya, tapi pada dasarnya mereka ini perusahaan periklanan. Duit-duit mereka didapat dari jualan iklan ke kamu.
Kamu itu barang dagangan mereka, bukan sebaliknya.
Dan semua ini terjadi tanpa kamu bener-bener sadari. Pernah ngelihat Terms and Condition atau Privacy Policy mereka waktu awal bikin akun atau install aplikasi? Panjang-panjang ngapain juga dibaca, ya kan? Kadang juga ngga kelihatan di awal-awal, ribet kan?
Sama.
Aku juga ngga pernah baca.
Ini sengaja.
Ini disebut sebagai Dark Patterns Design. Sederhananya, tampilan Terms and Condition dan Privacy Policy mereka memang sengaja dibuat tidak enak buat dibaca atau bahkan sulit untuk ditemukan. Tujuannya? Ya, supaya tidak dibaca biar kamu ngga tahu apa saja yang mereka lakukan terhadap data-datamu!
Kamu yang asyik ber-medsos ria seringkali tidak menyadari hal ini, kan? Apalagi sekarang banyak yang ketagihan sama media sosial. Wah, bahaya banget kan ya~
Tapi gimana kalo..
Ternyata media sosial memang sengaja membuat orang jadi ketagihan sama mereka?
Pernah sadar ngga kenapa sih banyak banget notification di smartphone kamu? Kenapa sih semuanya harus warna merah dan ada angkanya? Kenapa sih sekarang media sosial sering nampilin kontennya ngga urut lagi? Kenapa sih kok kita bisa fitur scroll terus menerus di media sosial?
Karena, semua itu secara didesain secara psikologis buat kamu terus menerus membuka dan menggunakan aplikasi mereka.
Dan semua ini, dikombinasikan dengan bagaimana mereka merekam dan menjual data-datamu, adalah kabar buruk buat privasimu. Bisa-bisa Facebook lebih mengerti tentang kamu dari kamu sendiri.
Jadi, apa kabar privasi digitalmu?